Malukuexpress.com, ADA-ada saja sikap tak sportif yang dipertontonkan sejumlah pemerhati sepakbola Maluku di tengah seleksi provinsi ini bagi kebutuhan pemain tim nasional usia 16 tahun dan Timnas usia 19 tahun. Lebih dulu mengkritik Direktur Teknik Asosiasi Provinsi PSSI Maluku Gafar Lestaluhu di media sosial seputar kuota Asosiasi Kabupaten PSSI Maluku Tengah lebih banyak dari asosiasi PSSI kabupaten dan kota lain di wilayah ini, justru setelah diklarifikasi Gafar yang juga Ketua Asosiasi Pelatih Sepakbola Indonesia (APSI) Maluku para pemerhati sepakbola tersebut “kebakaran jenggot”.
Sejumlah pemerhati sepakbola yang tidak nyaman setelah ditanggapi Gafar, yakni Marco Tomasoa, Reza Syaranamual, Andi Erick Manuhuttu, Roy Sipaheluth, pemilik akun “Ini Beta Pace” dan lain-lain. Sebelumnya Erick yang juga Wakil Ketua “Basudara Maluku Global” menuding Gafar kata-kata hinaan,seperti bodong,”kaskadu”,Gafar sontoloyo sudah dilaporkan ke PSSI Pusat pagi ini dan kata-kata fitnahan lainnya. Status Erick ikut ditanggapi di akun fesbuk oleh Tomasoa dan Sipaheluth.
Menurut Erick saat ini bukan lagi zaman Orde Baru di mana PSSI menjadi event organizer. “Siapapun bisa menggelar event tanpa rekomendasi dari PSSI,” tulis Erick di akun fesbuknya. Merasa pernyataan Erick yang pernah mencalonkan diri calon Anggota DPR RI daerah pemilihan Maluku dari Partai Solidaritas Indonesia itu di luar konteks dan seakan-akan tak paham regulasi sepakbola, Gafar angkat suara.
Gafar menyatakan Asprov PSSI Maluku adalah otoritas sepakbola tertinggi di wilayah ini. PSSI sendiri, sebut melaksanakan peran sebagai regulator dan operator kompetisi di semua jenjang dengan target lebih tinggi ke timnas. “Artinya event sepakbola apapun di Maluku harus mendapat rekomendasi Asprov PSSI Maluku karena ini menyangkut penugasan wasit dan perangkat pertandingan lainnya. Di luar izin PSSI Maluku itu layak dikategorikan event-event sepakbola liar dan ilegal,” papar Gafar yang pernah mengantarkan Nusaina FC Maluku juara ketiga Piala Soeratin U-18 di Sidoarjo, Jawa Timur, 2017 silam.
Pelatih berlisensi B AFC tahun 2019 itu menjelaskan wajar jika kuota Maluku Tengah lebih banyak dari Askab dan Askot lainnya karena luas wilayah dan potensi pemain yang melimpah.”Seleksi yang kita lakukan objektif dan rasional. Kita juga sesuaikan anggaran dan luas wilayah. Jika ada penilaian lain silahkan seleksi sendiri dan usul nama-nama pemain ke PSSI Pusat. Saya tantang orang-orang yang tidak objektif menilai proses yang selama ini kita lakukan dengan izin dan rekomendasi Asprov PSSI Maluku,” tutup Gafar santai. (ROS).