Universitas Pattimura Ambon Mengelar The 19th IRSA Pre-Conference Training Participant

Malukuexpress.com, Universitas Pattimura Ambon Fakultas Pertanian Jurusan BDP Agribisnis mengelar The 19th IRSA Pre-Conference Training Participant bertempat di lantai 6 Hotel Santika Jalan Jenderal Sudirman Kota Ambon. Sabtu 13=14 Juli 2024. Acara dimulai dengan mengelar dua Workhsop di room Pulau Pombo 1 Workshop Regional Inequality and Spatial Data Analysis dengan Instruktur Prof. Kataoka Mitsuhiko dari Graduate School Business Rikkyo University, Japan. Sedangkan di room Pulau Mutiara 2, Workshop Advanced Quasi-Experimental Approaches For Impact Evaluation, Instuktur Elan Satriawan, PhD, Ahmad Tohari, PhD, Nur Cahyadi, PhD (Cand), assistant; Hafiz Bagus Arifiyanto, SE, MSc.

Turut hadir, Peserta yang hadir dari Universitas dari Pulau Jawa, Universitas Udayana di Bali, Universitas dari Makassar, Unpad Bandung, Universitas Brawijaya, serta pembicara-pembicara Agrobisnis Sosial Ekonomi lainnya.

Bacaan Lainnya

Terkait kegiatan Pre-Conference, Ketua Panitia Local Organizer Comitte Wardis Girsang Juga Staf Pengajar di Fakultas Pertanian dan Koordinator di Program S2 Argobisnis Pasca Sarjana Universitas Pattimura Ambon yang diwawancarai awak media mengatakan bahwa, Kegiatan IRSA International Conference selalu dilaksanakan setiap tahun dan berpindah-pindah dari satu universitas ke universitas yang lain dan kali ini di Indonesia Bagian Timur, Maluku dan berikutnya nanti di Kalimantan Barat.

Lanjutnya, Topik kali ini di Maluku, karena kita wilayah Kepulauan, dan juga berkaitan dengan kondisi wilayah yang masih tingkat kemiskinannya tinggi, makanya kita pilih topik Gender In Quality dan juga mengenai Climate my Impact Policy Region dan kita daerah Kepulauan.

Oleh sebab itu, Pelatihan ini juga, kita mengambil dua topik, yakni, mengenai ketimpangan regional dan mengukur dampak kemiskinan itu oleh TNP2K Ibu Sitty Alatas serta pakar-pakarnya kita undang untuk kita pahami.

Sedangkan nanti di conference, tanggal 15 dan 16 Juli 2024 itu, ada 9 topik, ada mengenai Gender, Ekonomi, Makro ekonomi, Kelembagaan dan sebagainya, dan itu sekitar 250 orang yang hadir, “Jelasnya.

”Perlu diketahui pula, kegiatan ini dilaksanakan di setiap tahunnya, dan nantinya di hari minggu kita rapat, itu nantinya kita umumkan atau sudah ditentukan, siapa tahun depan dan siapa 2 tahun kedepan tuan rumah, jadi persiapannya seperti itu dan kita menggunakan conference tools yang sudah standart dan ini dari tahun ke tahun, saya kira bertahan atau regulerlah, dan dihadiri oleh banyak institusi, terutama di Ambon ini, walaupun di pulau kecil, jauh, yah kata orang biayanya mahal ke sini, tapi yah kita senang, karena kebanyakan pembicara-pembicara, penulis-penulis dan presenter hebat yang masuk ke sini, pak budi bilang sendiri sebagai pembicara bahwa giat disini, ini sangat strong, dan banyak yang datang untuk berpartisipasi,”ungkapnya.

Sehingga output, untuk daerah, dalam hal ini Pemerintah Daerah sebagai penentu kebijakan (policy), dimana Pemda mendapatkan info dari peneliti dari Universitas, dari masukan-masukan sehingga kebijakannya tepat.

Sehingga media harus mengawasi data yang tepat dan metode juga, sehingga kebijakan yang tepat berdasarkan data itu, jadi enggak bisa kita lihat dikoran itu sudah turun, namun dibalik itu seharusnya penting analisanya harus jujur juga.

Ditempat yang sama, Siti Alatas selaku Instruktur dalam jabatan Senior Officer TNP2K menjelaskan bahwa, Inti utama conference kita ini permasalahan kemiskinan dan permasalahan ekonomi itu sangat kompleks, seringkali kita menganggap bahwa program ini bisa jadi di daerah A berhasil, kok kenapa di daerah B tidak berhasil, tak hanya itu, dalam satu daerah pun, dalam satu kelompok A tidak berhasil, tetapi pada kelompok lain mungkin lebih berhasil,”jelasnya.

Oleh karena itu, melalui kegiatan dari IRSA ini, kita akan diskusi dan mengetahui ada permasalahan yang beda antara region, sehingga kita butuh saling belajarnya, ada cara-cara yang perlu kita tahu untuk bagaimana kita bisa melakukan solusi kebijakan, karena inti utama ketimpangan kemiskinan itu, kita perlu benar-benar melihat masalahnya gimana dan dampaknya seperti apa dari program-program yang kita lanjutkan. Karena itu hari ini yang kita lakukan adalah hari ini di kelas ini, kita belajar tentang pengetahuan evaluasi untuk melihat, kalau ada suatu program dampaknya seperti apa, letaknya seperti apa.

Kedepannya, harus dirancang dengan baik dengan program statistik yang baik, ekonomi yang baik untuk melihat yang mana, yang paling penting, kenapa belum berhasil, yah kita melihat program yang lebih cocok untuk maluku khusus seperti apa, yang kemudian ini ditelaah kalau memang ternyata bagus yang dilanjutkan terus programnya, dan bila ternyata hasilnya kurang bagus, jangan dilakukan, tetapi cari yang lain.

Inti utama dari metode yang dipakai ini adalah memastikan kita tidak coba-coba tetapi berhasil dengan lebih pasti untuk melihat apa dan apakah program yang dilakukan itu punya indikator bahkan juga PR ini harus di dalam maluku sendiri bisa jadi antara daerah-daerah yang lebih terpencil dan daerah-daerah kabupaten dengan di Ambon bisa jadi beda dan itu yang perlu ditelaah lebih lanjut,”paparnya.

Harapan kedepan, Universitas setempat, bisa mendorong Pemerintahan lokal (Maluku) untuk mau menganalisa, melakukan evaluasi dengan apapun program dilakukannya. Karena tanpa evaluasi, kita melakukan hal-hal yang terus menerus dilakukan tetapi tidak pernah dievaluasi, alhasil tidak akan memberikan hasil yang diinginkan.

Ditempat yang sama, Instruktur Prof. Kataoka Mitsuhiko dari Graduate School of Business, Rikkyo University, Japan dalam wawancaranya yang diterjemahkan mengatakan bahwa, Materi yang dibawakan adalah Analisis Ketimpangan Regional dan Data Spasial, dimana saya fokus mengukur ketimpangan di Kabupaten Kota di Indonesia sekitar 500-an dan juga antar Provinsi, dan ketimpangan khusus pendapatan, kenapa daerah ini tinggi, kenapa daerah ini rendah, apa penyebabnya, itu yang diukurnya pertama,

“jadi ada banyak ukuran yang bisa diukur, karena yang diperbandingkan adalah tingkat pembangunan antar wilayah, dan jika berkaitan dengan kemiskinan, maka analisis tersebut dipakai untuk memperoleh data yang akurat.

“Kalau kemiskinannya di rumah tangga, di cek per wilayah antar kabupaten kota dan yang kedua, memperkenalkan tools, bagaimana mengukur yang akurat bukan data asal-asalan, contoh tahun ini kemiskinan turun tapi orang yang miskin tahun ini 10 orang, tahun depan, jangan-jangan 10 orang ini menjadi kaya, tetapi orang kaya tahun ini miskin tahun depan, nah itu yang harus dicek dengan metode equation itu

Untuk itulah, dengan metode ini, kita bisa menemukan sebab-sebab apa, ini dan itu yang harus dicek sehingga muncul informasi baru yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dibidang yang dikaji secara data yang benar dan akurat.

Kemudian jika kita mengukur ketimpangan disuatu daerah adalah kemiskinan, maka ada solusinya dalam rangka diatasi dengan melihat penyebab yang tepat dengan memberikan solusi yang tepat dan terus menerus melakukan evaluasi,”jelasnya tutup. (*

Pos terkait