Kehebatan KNIL Ambon : Cikal Bakal Berdirinya Kopassus

MALUKUEXPRESS.COM, Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) yang diproklamasikan pada 25 April 1950 oleh Dr. Soumokil menjadi salah satu tantangan terbesar bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pemberontakan ini didukung oleh pasukan RMS yang sebagian besar terdiri dari mantan prajurit Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL), terutama dari Ambon. Mereka memiliki disiplin, keterampilan tempur, dan pengalaman militer yang jauh lebih matang dibandingkan dengan prajurit TNI pada saat itu.

Dikutip dari Trend Maluku, Dalam upaya menumpas RMS, TNI mengerahkan sekitar 11.000 personel dari 17 batalion infanteri. Sementara itu, pasukan RMS hanya berjumlah sekitar 1.500 personel, yang terdiri dari mantan KNIL dan sukarelawan. Meskipun jumlahnya jauh lebih sedikit, pasukan RMS mampu memberikan perlawanan sengit berkat pengalaman dan keterampilan mereka dalam medan perang.

Pertempuran berlangsung sengit. Banyak korban berjatuhan di pihak TNI, terutama karena pasukan RMS lebih terampil membaca pergerakan lawan dan memiliki semangat tempur yang tinggi.

Menurut catatan Dieter Bartels dalam bukunya Di Bawah Naungan Gunung Nunusaku: Muslim Kristen Hidup Berdampingan di Maluku Tengah, “Seorang perwira Australia yang ditempatkan di makam pahlawan (war cemetery) di Ambon memperkirakan bahwa 4.000 hingga 5.000 serdadu TNI tewas, sementara di pihak RMS korban jauh lebih sedikit, yaitu 100 personel dan 400 sukarelawan” Tulis Bartels.

Selain itu, korban terbesar dalam konflik ini adalah penduduk sipil. Diperkirakan sekitar 5.000 hingga 8.000 warga sipil kehilangan nyawa akibat pertempuran yang terjadi.

Standar tempur batalion infanteri TNI saat itu masih berada di bawah standar mantan KNIL. Pasukan RMS yang mayoritas berasal dari KNIL mampu menggagalkan serangan-serangan TNI dengan membaca pola pergerakan mereka.

Keunggulan mereka dalam strategi perang kota dan taktik gerilya membuat TNI mengalami kesulitan dalam operasi militer ini.

Pada satu kesempatan, harapan TNI untuk segera menumpas RMS hampir terwujud setelah pemberontak kehabisan amunisi. Namun, pasukan RMS berhasil melakukan serangan balik ke Hitu dan merampas amunisi dalam jumlah yang amat besar, sehingga mereka mampu bertahan lebih lama dan melanjutkan perlawanan.

TNI yang dipimpin oleh Letkol Slamet Riyadi akhirnya berhasil merebut Ambon setelah pertempuran panjang. Namun, kemenangan ini harus dibayar mahal dengan banyaknya korban di pihak TNI, termasuk gugurnya Slamet Riyadi sendiri pada 4 November 1950 saat memimpin pasukan dalam perebutan Benteng Nieuw Victoria, markas utama RMS.

Cikal Bakal Kopassus

Kenyataan pahit yang dihadapi TNI dalam pertempuran ini menyadarkan para petinggi militer bahwa Indonesia membutuhkan satuan khusus yang lebih terlatih dan memiliki mobilitas tinggi untuk menghadapi perlawanan gerilya dan taktik perang modern.

Kolonel A.E. Kawilarang, yang saat itu memimpin operasi di Ambon, melihat keunggulan tempur mantan KNIL dan menyadari bahwa TNI perlu membentuk satuan komando yang memiliki ketrampilan setara atau bahkan lebih baik. Dari pengalaman ini, pada 16 April 1952, dibentuklah Kesatuan Komando Tentara dan Teritorium III (Kesko TT) yang kemudian berkembang menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Dengan demikian, pengalaman pahit TNI dalam menghadapi pasukan RMS yang terlatih justru menjadi pemicu lahirnya salah satu pasukan elit terbaik Indonesia. Kehebatan dan kegigihan KNIL Ambon dalam pertempuran ini bukan hanya menjadi tantangan berat bagi TNI, tetapi juga memberikan pelajaran berharga yang melahirkan Kopassus sebagai garda terdepan pertahanan Indonesia. (*

Pos terkait