Langgur, MX.com. Komitmen Raja Kirkes Ibra I Vit setelah dikukuhkan dan di angkat menjadi raja yang ke XVI oleh raja songli dari desa rumat ditandai dengan sebuah benda adat sad-sad (lela), selain itu ada penyerahan mandat atau kekuasaan dari raja tua yang ke XV Hi. Abdullah Renwarin berupa penyerahan keris dan sarung, penggantungan stola dan penyematan topi kebesaran di Ohoi Ibra. Senin (28/10).
Raja Kirkes I Vit, Agung Renwarin.SH seusai dilantik mengatakan bahwa, pada prinsipnya dirinya mencoba untuk melakulan reformasi menyempurnakan hal-hal yang selama ini belum disempurnakan, pertama saya lakukan sebagaimana yang sudah dihimbau oleh Bupati sehingga konsekuensi apapun sekarang saya sudah dikukuhkan sebagai raja tentu menjadi pola anutan dimasyarakat kepulauan kei (Malra) pada umumnya dan masyarakat rasckap Ibra I Vit yang membawai desa Ibra, desa sathean dan desa ngabub.
Lebih lanjut Renwarin menjelaskan bahwa dirinya akan mempersatukan masyarakat ibra secara keseluruhan yang tadinya masih ada gesekan antara satu dengan yang lain, juga masyarakat di desa ngabub, dan desa sathean, Alhamdullilah pada hari ini dengan amanat yang disampaikan kepada masyarakat saya akan membuka tanggung jawab untuk hidup damai seperti yang diharapkan Bupati Kabupaten Maluku Tenggara bahwa diharapkan tidak ada pengaruh-pengaruh dari orang luar yang dapat memecah bela kesatuan dan persatuan masyarakat adat ditanah evav ni sasaai.
“Saya juga sudah menyiapkan calon kepala desa sekaligus merangkap orang kai dari kedua desa antara lain desa ngabub dan desa sathean sesuai garis keturunan untuk dilantik pada 31 oktober 2019 sesuai arahan Bupati Maluku Tenggara”,”ungkapnya.
Tambahnya, Maka jauh-jauh hari sebelum itu saya sudah lakukan persiapan terhadap dua kepala desa dimaksud dan digoreskan serta di turunkan dari leluhur. proses rekomendasi yang dikeluarkan cukup memakan waktu kurang lebih enam bulan karena saya harus menggali informasi dari raja-raja dan tokoh adat yang lain sekalipun informasi ini sudah kami miliki sesuai sejarah yang kami peroleh dari leluhur dan orang tua kami dan ternyata semua punya petunjuk yang sama maka saya keluarkan dua rekomendasi untuk dua calon kepala desa tersebut untuk dilantik menggantikan posisi orang tua mereka yang sudah meninggal kalau calon kepala desa ngabub menggantikan orang tuanya dan untuk calon kepala desa sathean menggantikan kakaknya yang menjabat anggota DPRD saat ini.
Renwarin menjelaskan bahwa persoalan perpaduan sejarah-sejarah yang ada pada kepulauan kei ini dirinya akan melakukan hal itu kedepan dan ini akan menjadi tanggung jawab saya bersama teman-teman raja yang lain. saya akan mencoba menghimpun semua data sejarah-sejarah terutama lebih khusus di desa ngabub dan desa sathean sehingga kedepan siapapun yang menduduki jabatan kepala desa atau orang kai itu tidak ada lagi permasalahan yang disampaikan oleh masyarakat dan itu semua sudah sesuai dengan yang digoreskan oleh orang tua dan leluhur kami.
Saya juga dengan niat dan ketulusan, saya sebelum dilantik jadi raja saya ingin untuk memperbaiki dan mengembalikan serta memulihkan kembali kondisi-kondisi yang sering terjadi, kesalah pahaman antar masyarakat di rasckap ibra i vit karena kebutuhan ekonomi sehingga ada orang yang sengaja membelokan sejarah namun untuk kita punya hukum adat ini walaupun tidak tercatat tetapi tidak bisa dibelokan oleh siapapun, tetap dihargai dan dihormati.
Ketika ditanya tentang program prioritas saat ini setelah dia dilantik menjadi raja dengan tegas Renwarin mengatakan bahwa rencana yang pertama yaitu berapa hari kedepan saya akan mengundang seluruh masyarakat rasckap Ibra I Vit (3 desa yang ada) dalam rangka tatap muka perdana guna menyampaikan hal-hal yang akan saya sampaikan dan saya perlu jelaskan pula bahwa di Ibra ada rumah tua dua buah, antara lain rumah tua milik tete saya dan rumah tua milik bapak saya, namun saya masih menetap di perumnas kota langgur mengingat tugas saya sebagai ASN sekaligus menjabat inspektur pada inspektorat di kantor wali kota tual sehingga pelayanan untuk masyarakat akan di atur diluar jam kantor dan saya sudah komitmen sesudah jam kantor saya akan pulang pergi ke desa ibra sampai jam 10 malam baru kembali untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
Saya juga berterima kasih kepada masyarakat karena dengan cara spontanitas dan dukungan yang diberikan oleh masyarakat ketiga desa itu semua mendukung saya sebelum bapa saya memanggil untuk memberikan tongkat estafet kepada saya maka bapa saya mengundang kami beradik kakak dan menanyakan langsung satu per satu sehingga ada keterbukaan dan kesepakatan,” tutupnya. (Metty Naraha)