SBB. MX com. Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pastori Sekretaris Klasis GPM Kairatu di Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku. Selasa (10/9) dimulai dengan ibadah bersama yang di hadiri oleh Ketua-ketua Majelis Jemaat dan Pendeta Jemaat dari 32 Jemaat yang ada di Klasis GPM Kairatu. Turut hadir Camat Kairatu Sapri Tutupoho SE, Penjabat Kepala Desa Kairatu Yondri Kapitan, MM dan Kapolsek Kairatu AKP Zeth Riry serta para tamu undangan.
Pantauan Media ini, Ibadah Pembukaan di pimpin oleh Pdt Max Syauta, S.Th, yang dalam kesehariannya adalah Bendahara Majelis Pekerja Harian Sinode Gereja Protestan Maluku. Selanjutnya seusai Prosesi Ibadah. Acara dilanjutkan dengan Peletakan Batu Pertama yang dilakukan oleh Ketua Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode Gereja Protestan Maluku Pdt. Ates.J.S. Werinusa, M. Si, Ketua Majelis Pekerja Klasis (MPK) Gereja Protestan Maluku Pdt Z. J. Sahertian S.Si, Asisten I Bidang Pemerintahan dan Hukum Setda Seram Bagian Barat Ir. Zeth Selanno, Kapolsek Kairatu AKP Zeth Riri, Ketua Panitia Pembangunan Penatua Agus Heumase, S.Pd dan Sekretaris Klasis Gereja Protestan Maluku Pdt. Teli Ruspanah, S.Si.
Ketua Majelis Pekerjaan Harian Sinode Gereja Protestan Maluku Pdt. Ates.J.S. Werinusa, M. Si dalam memberikan arahannya meminta kepada Panitia Pembangunan dan Majelis Pekerja Klasis Gereja Protestan Maluku untuk selalu menaikkan puji syukur kehadirat kepada Allah dalam Yesus Kristus selaku Kepala Gereja telah mempertemukan kita dalam pembangunan pastori sekretaris klasis kairatu.
Di Kesempatan ini juga, saya mengajak kita sekalian khususnya panitia pembangunan dan majelis pekerja klasis untuk tidak meminta bantuan kepada Pemerintah Seram Bagian Barat tetapi sebaiknya kita melaksanakan pembangunan ini dengan swadaya dan kerjasama dengan seluruh jemaat yang ada di klasis kairatu.
Lanjutnya, Dengan saling memberi satu sama lain, demi sukses dan kelancaran Pembangunan Pastori sekretaris klasis ini. Kita masih memiliki ketersediaan sumberdaya alam yang memadai dan melimpah untuk bisa di manfaatkan dan di kelola secara baik yang menghasilkan nilai ekonomi bagi umat Gereja Protestan Maluku khusus di Klasis Kairatu.
“Pertanyaannya, kenapa saya selaku pimpinan Gereja Protestan Maluku melarang untuk tidak meminta bantuan dana dari Pemerintah Seram Bagian Barat, biarkan dana yang ada di Pemerintah Seram Bagian Barat di peruntukan untuk penanggulangan orang miskin. Itu jauh lebih penting daripada membantu panitia pembangunan pastori sekretaris klasis kairatu”,”terangnya.
Tambahnya, Bukan soal lambat atau cepatnya Pembangunan pastori ini, tetapi disinilah gereja menunjukkan kemandirian kita dan kita puas melaksanakan pembangunan dengan keringat sendiri dan dengan kekurangan kita, kalau kita tetap meminta kepada pemerintah, apa lagi pembangunan dengan mengunakan dana aspirasi DPR, ini tidak mendidik kita selaku Gereja. Seutuhnya, ini hak kita karena kita bicara soal pembangunan spiritual menyangkut bangsa dan negara. Tetapi sesungguhnya, saya selaku pimpinan gereja menyampaikan terimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Seram bagian barat yang sudah banyak membantu GPM, dan oleh karena itu, kita tetap percaya kepada Kristus Yesus itu sumber Pemberi berkat, ketika kita mau betul-betul meminta kepadanya.
Ditambahkannya, Mari bapak ibu, para pendeta, saya mengajak, kita sekalian untuk mengenal secara dekat ada 3 (tiga) hal yang terpenting untuk diingatkan tentang tradisi sejarah Gereja tentang pastori yakni; Pertama, Pastori di jadikan sebagai rumah doa untuk keluarga pendeta dan umat. Oleh karena itu, pastori sebagai simbol dan tradisi gereja untuk keluarga pendeta berdoa, sehingga membuat pastori itu hidup, jadi kita hidupkan kembali tradisi pastori sebagai tempat berdoa keluarga pendeta. Kedua, Pastori sebagai tempat membagi. Karena pastori itu sering menjadi tempat pemberian umat bagi keluarga pendeta. Oleh karena itu, apa yang kita dapat hendaknya kita bagi buat para janda, duda serta anak-anak yatim piatu, ini tugas kita pendeta jangan kita jual ke pasar. Ketiga. Tempat keluarga tahan susah. Kita belajar dari guru – guru injil yang tahan susah, tapi dari mereka lahirkan anak-anak mereka yang berhasil dengan gaji yang pas-pasan. Tradisi tahan susah ini sudah hilang dari pendeta-pendeta. Maaf hal ini, saya harus sampaikan, ini soal kebenaran yang harus di sampaikan,” Tandas Werinusa menutup. (EP)