Langgur, MX.com. Prioritas program dalam rangka akreditasi tentunya kita mengedepankan sebuah unit fungsional yang ada pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karel Satsuitubun Langgur kabupaten Kepulaun Kei sehingga sesuai standar Kars dalam rangka penilaian akreditasi itu bisa terpenuhi, Hal ini disampaikan oleh Direktur Baru RSUD.K.S.Langgur dr.Fadila Toatubun diruang kerjanya. Sabtu (12/10). Toatubun menjelaskan bahwa, telah melakukan pertemuan untuk mengantisipasi, karena saya baru dan belum mengetahui dari masalah pembiayayan dan sebagainya, sehingga saya banyak meminta masukan dari bagian Managemen dan Kepala-Kepala ruangan, kuncinya ada pada Pokja, setelah saya ikuti, pokja ini belum maksimal kerja. Karena ada masalah antara Managemen dan Dokter Spesialis, Sementara yang banyak dikasih tanggung jawab untuk Pokja ini adalah Dokter Spesialis dan ini tidak berjalan karena adanya kurang komunikasi kemarin.
Lanjutnya, sehingga langkah strategis yang saya ambil yakni mengembalikan Rumah Sakit dan melakukan Coolling Down, sehingga komunikasi antara semua unit yang ada di Rumah Sakit bisa berjalan, memang dalam apel pagi saya sudah gambarkan bahwa Rumah Sakit ini, kita ibaratkan seperti sapu lidi ketika dia satu urat saja dia tidak berfungsi, tapi ketika kita semua bersatu di ikat dalam satu ikatan, maka itu kita fungsikan. ‘Sampai pada level cleaning servis misalnya memang kita lihat kerjanya kecil tapi semua menentukan keberhasilan Rumah Sakit, dan terutama akreditasi yang sudah masuk dalam kategori sangat urgen dan mungkin sebentar kita buat rapat lagi dengan semua pimpinan-pimpinan unit yang ada dirumah sakit dalam hal ini kepala-kepala ruangan untuk meminta masukan-masukan dan pendapat sehingga kita ketahui permasalahannya’,”jelasnya.
Hanya sayangnya kemarin, saya kaget bahwa RKAnya semua sudah di bahas sehingga saya harus berusaha supaya bagaimana, sebelum di input di keuangan, saya sudah minta masukan dari kepala-kepala ruangan, kepala-kepala unit laboratorium, farmasi tentang apa permasalahan mereka, dan kebutuhan mereka sehingga kita bisa menyesuaikan dengan anggaran 2020. Jadi, saya harap tidak lagi copy paste ini nantikan masalah tidak selesai,”jelasnya.
Tambahnya, Jadi langkah-langkah yang saya sudah ambil pertama. Karena saya identifikasi dulu permasalahan, apa sih permasalahan yang menyebabkan terjadinya ketidaksinkronnya antara satu unit dengan unit yang lain terutama antara manejemen dan fungsional dibawa. Hal ini, yang harus kita indentifikasi dulu, permasalahan kita sudah bisa indentifikasi, maka kita bisa mencari jalan keluarnya.
“Tentunya jalan keluarnya tidak mudah karena kita juga harus minta masukan dari semua unsur yang bisa memberikan jalan keluar karena tidak bisa saja hanya istilahnya top down”, jadi saya menamakan manejemen saya, bukan lagi manejemen one mansol, jadi sendiri tidak memutuskan, tetapi top down, kita button up, kita minta masukan, kita duduk bersama dan memutuskan”,”pungkasnya.
Toatubun berharap bahwa dirinya membutuhkan dukungan dari semua unsur apakah itu dari tim kita dirumah sakit maupun di masyarakat dan pemerintah. Pemerintah dalam hal ini eksekutif dan legislatif karena kalau, kita jalan tanpa dukungan maka manusia itu hanya hayalan.
“Kita harus berprinsip bahwa sesuai dengan visi kita adalah peningkatan mutu pelayanan dalam rangka menyelamatkan pasien dan kita punya prinsip bahwa membuat rumah sakit ini sebaik mungkin, karena suatu waktu adalah kita sendiri yang nanti akan menggunakan rumah sakit ini sebagai pasien atau anak kita, istri kita atau keluarga kita sehingga selama kita masih punya kewenangan, kita masih punya pengaruh maka kita berbuat semaksimal mungkin dalam rangka memajukan kualitas pelayanan rumah sakit, jangan sampai ketika kita sudah sampai pensiun dan tidak ada kekuatan serta tidak punya pengaruh baru kita mau berteriak”,”bebernya.
Lanjutnya, paling-paling yah kita menyesali sendiri, saya kira itu mungkin ibarat “lain koki lain masakan”. ‘Tentu karena dari identifikasi masalah, ada salah satu masalah yakni masalah struktur, tetapi tidak semudah itu, kita langsung merubah struktur. Karena, kalau kita merubah struktur ‘ibarat kita mau perbaiki istilahnya merakit satu mobil yang sudah ada mengganti onderdil yang pertama, masalah biayanya, waktu dan banyak hal’.
Olehnya itu, namanya barang yang sudah jalan, kita merubah pelan-pelan, kalau memang ada yang sangat fatal, maka kita akan ganti tetapi itu hal yang sifatnya kecil maka perlu adanya pembinaan saja. “Jadi tidak serta merta kita mengganti semua struktur satu kali berarti nanti organisasi akan menumpuk dan dia akan menimbulkan masalah baru”,”paparnya menutup. (Metty Naraha)