SBB, MX. Dalam rangka merevitalisasi kearifan lokal untuk pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) berkelanjutan di Pulau Buano, maka Lembaga Partisipasi Pembangunan Masyarakat (LPPM) menggelar pertemuan konsultasi Rencana Strategis Pengelolaan Pulau Buano Berbasis kearifan lokal di Ruang Pertemuan, Lantai 2 Kantor Bupati SBB, pada Kamis, (19/7).
Hadir dalam pertemuan itu, Dari LPPM, Direktur LPPM, Piet Wairisal, bersama staf Noni Tuharea, staf Ahli LPPM dari Unpatti ada Pak Hendrik Aponno, Ibu DR. Tine Tjoa dan Pak Daniel Pelasula dari LIPI, semantara Pihak Pemkab SBB diwakili oleh Plt Sekda SBB, Din Silawane, Pimpinan OPD dan stafnya sementara dari Buano hadir Kepala Desa, Perangkat Desa, serta Tokoh Masyarakat serta Stakeholder lainnya.
Dalam paparannya, staf ahli sosial kemasyarakatan dari Unpatti, Tine Tjoa menyatakan, secara demografi Masyarakat Pulau Buano sangat signifikan dimana ada jumlah penduduk Buano Utara lebih tinggi yakni 8000 jiwa dan Buano Selatan 1000 jiwa sehingga mempengaruhi kepadatan penduduk yang harus jadi perhatian perencanaan Pulau Buano kedepan.
Pelibatan Masyarakat dalam perencanaan Pembangunan sangat dipengaruhi oleh keberadaan dari penduduk tersebut, menyangkut hubungan kerja sama dan kepercayaan untuk sama -sama mengelola pulau Buano secara berkelanjutan.
Menurut Tjoa, untuk membuat suatu perencanaan harus mengetahui suatu budaya tradisi dan juga bahasa dalam suatu Masyarakat.
“ini sangat penting karena Pulau Buano masih memiliki sejarah dan budaya yang cukup baik dan cukup kental, dimana disana masih ada kepercayaan-kepercayaan ada bahasa sendiri yang masih digunakan,”jabarnya.
Ia menambahkan dalam kelembagaan Masyarakat di Pulau Buano, ada pengambilan keputusan yang juga cukup unik, dimana nilai-nilai adat dan budaya itu terlibat didalam pengambilan-pengambilan keputusan baik itu tentang lahan dan pengambilan keputusan dalam sistem sosial Masyarakat, yang juga merupakan jaringan eksternal dari pengambilan keputusan dari pengelolaan masyarakat
Tjoa menuturkan, selain Masyarakat Asli di Pulau Buano, ada juga etnis pendatang yaitu suku Buton, Mereka itu sudah tinggal kurang lebih 300 Tahun, sehingga sudah menyatu, jadi agak sulit untuk dipisahkan dengan Masyarakat Asli Buano.
Terkait pendidikan, di Pulau Buano saat ini sudah ada 19 sekolah sehingga cukup baik untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dimana ada 3 SMA dan ada Pendidikan Dasar, PAUD yang sangat membantu untuk mengembangkan kapasitas pendidikan Masyarakat, bahkan ada 2 persen masyarakat yang sudah mengecap Pendidikan Tinggi setingkat Universitas.
Sementara untuk fasilitas kesehatan sudah ada satu Puskemas dan 2 Pusat Pelayanan Terpadu (Pustu), untuk mata pencaharian, Masyarakat Buano lebih banyak berprofesi sebagai petani dan nelayan.
Tjoa menjelaskan, profesi ini, sangat mempengaruhi pengolahan lahan di Pulau Buano, karena untuk petani yang paling banyak itu subsisten tetapi ada juga yang komersil yakni untuk tujuan pengolahan minyak kayu putih, sehingga yang jadi perhatian adalah penggunaan kayu bakar untuk untuk proses tersebut karena berdampak pada pengelolaan hutan.
Untuk profesi Nelayan yang juga harus jadi perhatian karena banyak juga yang berprofesi tersebut sehingga dipertimbangkan untuk mengembangkan Nelayan budidaya. Tingginya angka kemiskinan di Buano, Menurut Tjoa juga berpengaruh dalam keterlibatan Masyarakat dalam suatu program pembangunan, dimana indikator untuk kemiskinan dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk cukup tinggi terutama di Buano Utara tingkat pendidikan yang rendah, karena secara rata-rata adalah tamatan SMP dan minimnya Tenaga Kerja Industri rumah tangga serta yang belum memenuhi standar, ‘perumahan juga memang dinding semen tetapi tidak banyak,”cetusnya.
Tjoa mengungkapkan, untuk tujuan pemerataan pembangunan, maka faktor-faktor pendukung untuk meningkatkan kesejahteraan Masyarakat, maka dalam Rencana Strategis yang dibuat dicetuskan topik prioritas yakni bahwa kondisi riil saat perencanaan yang akan menjelaskan kekuatan yang dapat dimanfaatkan secara optimal ataukah kelemahan baik berupa peluang yang belum dimanfaatkan maupun ancaman yang dapat diantisipasi.
Dijabarkan Tjoa, Topik prioritas ini ada yang secara fisik yakni Sumber Daya Alam maupun sosial budaya Masyarakat, yaitu, Konflik prioritas pertumbuhan penduduk yang tinggi, Konflik pemanfaatan SDA (tetapi ada mekanisme dalam penyelesaian konflik yakni sistem adat untuk penyelesaian konflik dan ada juga pencegahannya), Ada Kelembagaan yakni sistem pemerintahan secara hirearki dan sudah diatur secara turun-temurun, Kearifan lokal dan Kapasitas Sumber Daya Manusia yakni jenis pekerjaan yang terbatas, karena didominasi oleh Petani dan Nelayan. (NK)