Lampu Selalu Padam, PLN Waesama Tidak Normatif Dalam Melayani

Bursel, MX. PLN Waesama tidak normatif dalam pelayanan publik. Sebab lampu tidak ada normalnya hingga kini belum juga ada penjelasan dari pihak PLN untuk kami masyarakat di wilayah operasinya mulai dari desa wali sampai ke desa waetawa,”ungkap Tokoh Pemuda Desa Wali Lopiyanto Seknun. Sabtu. (20/7) ketika dihubungi media ini melalui hanphone selulernya.

Lanjutnya, pasalnya pimpinan ranting yang tidak bertangung jawab atas matinya lampu tersebut hingga kini masyarakat hanya dapat mengunakan lilin maupun lampu yang di buat dari kaleng susu maupun kaleng sprait untuk menerangi rumah mereka.

Ironisnya Kepala Ranting yang sudah berulang-ulang kali di gantikan namun alhasilnya sama tak ada satu pun pimpinan ranting wamsisi yang bertangung jawab atas semua ini.Kami masyarakat di korbankan dengan elektronik Kit sampai rusak total seperti TV,kulkas, lampu balon maupun elektronik lainnya.

Tak hanya itu, Kami meminta pemerintah daerah dan DPRD harus memanggil pimpinan ranting tersebut untuk menayakan masalah-masalah yangterjadi di kalangan masyarakat terlebih Anggota DPRD Kabupaten Buru Selatan yang punya kewenangan untuk menyambung suara rakyat ke pemerintah daerah.

“Artinya jangan di waktu kepentingan mereka, baru bicara yang manis-manis saja tapi yang pahit tidak dapat di bicarakan ke masyarakat, kami masyarakat tidak membutuhkan yang banyak hal cuman kami butuhkan hanya penerangan jalan dan jembatan yang menghubungkan desa ke kota maupun antar kabupaten buru dengan kabupaten buru selatan tapi yang terjadi hanyalah kepahitan yang kami rasakan, “Terangnya.

Di waktu sholat magrib lampu sering padam bahkan sampai pada malam hari dari jam 12 sampai pagi hari namun ada pembayaran rekening listrik pun meningkat tidak di sesuaikan dari pemakaian yang kami pakai, kadang pun lampu yang kami nikmati paling lama satu jam,”ketusnya.

Untuk itulah, kami pertanyakan di mana kesejahteraan kami selama ini, kalau memang mesin sudah tidak layak kami minta agar mesinya di kembalikan saja ke wilayah di Ambon agar jangan kami menikmati mesin yan rusak. Istilahnya, ‘kami ini di ibaratkan seperti ikan koho-koho saja’, “tutupnya. (LS)

Pos terkait