Gereja Melakukan Pemberdayaan Ekonomi. Tetelepta : Oikunomia Adalah Nilai Panggilan Gereja

Ketua Majelis Jemaat GPM Uraur Klasis Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, Pdt. A. M. TETELEPTA, S.Si

SBB, MX. Com. Upaya pengembangan ekonomi, bukan hanya dilakukan oleh lembaga pemerintah dan swasta tetapi juga menjadi perhatian serius lembaga keagamaan dalam hal ini gereja protestan Maluku GPM. Konsep oikunomia yang menjadi dasar panggilan gereja membuat jemaat-jemaat mulai melakukan upaya-upaya pengembangan ekonomi. Kenyataan tersebut terlihat di Jemaat GPM URAUR Klasis Kairatu. Lembaga Jemaat yang bernaung didalam Klasis kairatu tersebut membangun usaha gerejanya dengan membuka usaha Air Isi Ulang.

Ketua Majelis Jemaat GPM Uraur Klasis Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, Pdt. A. M. TETELEPTA, S.Si saat ditemui di kediamannya, oleh responden media ini. Senin (23/3). Ia mengatakan bahwa gerekan membangun usaha air isi ulang merupakan suatu proses menuju peningkatan ekonomi lembaga tetapi juga umat. Tetapi sebenarnya ada nilai lain yang coba diajarkan oleh gereja kepada umat yaitu pemberdayaan. Umat harus berani mengambil sebuah keputusan dalam menjalani kehidupan. Apakah ingin menjadi petani, ataukah wirausaha, ini merupakan hal penting yang harus diputuskan.

Tetelepta yang juga anggota majelis pekerja klasis kairatu itu menambahkan. Sebagai pimpinan gereja dirinya bukan hanya bertugas melakukan pemberitaan Injil melalui khotbah di mimbar-mimbar ibadah, tetapi menopang proses pemberdayaan masyarakat merupakan bagian dari tugas pemerintah Injil yang harus dilakukan oleh gereja. Apalagi GPM memiliki satu nilai panggilan yaitu Oikunomia (Pemberdayaan Ekonomi Umat,red).

Pria asal negeri porto ini berharap Seluruh jemaat GPM Uraur jangan memandang usaha tersebut sebatas menambah keuangan lembaga dan memberikan ruang pekerjaan kepada satu atau dua orang anggota jemaat. Tetapi yang sangat penting adalah, dilihat sebagai terobosan baru yang menjadi pelajaran berharga bahwa disemua tempat kita bisa melakukan proses. “Tergantung kita mampu menjemput peluang dan siap menghadapi tantangan atau tidak”, Sebab dalam setiap proses membuka usaha pasti ada tantangan baik dari dalam diri pribadi, keluarga maupun masyarakat. Jika hal itu ditemukan harus menjadikannya sebagai kekuatan untuk maju,”tutupnya. (**)

Pewarta : G007

Editor : Alfa

Pos terkait